Pemimpin yang Membuat Tim Loyal & Produktif

Bagaimana pemimpin dapat membangun tim yang loyal dan produktif di tengah kecaman pada generasi milenial yang dianggap radikal dalam mendobrak budaya kerja?

Era media sosial tidak hanya mempengaruhi bisnis akibat berubahnya permintaan konsumen, tetapi juga mempengaruhi bagaimana seorang pimpinan perusahaan menjalankan bisnis.

Generasi milenial adalah generasi yang sering “disalahkan” karena perubahan-perubahan signifikan pada bisnis di berbagai sektor. Padahal, perubahan adalah sesuatu yang pasti akan terjadi, dan tidak terelakkan oleh siapapun—termasuk pemilik bisnis.

Sebagai pebisnis, secara tidak langsung kamu akan menerima berbagai tuntutan untuk berubah. Generasi milenial yang masuk ke dunia kerja sejak sekitar satu dekade yang lalu adalah generasi yang sangat selektif dalam memilih siapa pemimpin yang pantas didukung, dipilih dan diikuti.

Di saat yang sama, seorang pemimpin dituntut untuk menjadi lebih, melakukan yang lebih, dan memberikan yang lebih—jauh lebih besar dari sebelumnya—karena pegawai masa kini tidak mau lagi mengikuti pemimpin yang tidak mereka percayai. Mereka tidak mau banyak menghabiskan waktu untuk bekerja pada perusahaan yang tidak peduli, tidak menghargai, dan tidak memiliki komitmen penuh pada orang-orang di dalamnya.

Pada generasi sebelumnya, yang namanya bekerja itu yang paling penting: dapat pekerjaan yang penghasilannya oke, fokus bekerja saja di usia produktif tidak usah aneh-aneh, ikuti apa kata supervisor supaya setidaknya bisa dapat promosi ke jenjang karir yang lebih tinggi agar penghasilan juga ikut meningkat, dan kemudian tetap bekerja sampai usia pensiun tiba. Pokoknya yang penting aman.

Sekarang kondisinya sudah berbeda…

Bursa kerja dipenuhi oleh generasi milenial. Pegawai generasi ini mencari pemimpin-pemimpin yang memang layak diikuti. Mereka hanya bersedia untuk berkontribusi pada sebuah perusahaan jika ada “timbal balik” yang sesuai—entah itu dalam bentuk gaji, perks yang menarik, pengembangan diri, atau memiliki dampak yang lebih besar bagi orang lain dan masyarakat atau lingkungan.

Kalau kamu ingin menjadi pemimpin yang dapat menginspirasi pegawai dari generasi masa kini untuk menjadi loyal dan produktif, berikut ini beberapa prinsip yang bisa membantumu.

Investasi Emosional

Pegawaimu adalah tipe orang-orang yang fokus pada orang alias people first. Sebagai pemimpin, kamu inginnya orang yang datang ke perusahaanmu hanya perlu fokus bekerja, melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin, dan mencapai tujuan mereka. Tapi buat mereka, belum tentu begitu.

Mereka ingin dianggap memiliki nilai lebih, baik itu untuk perusahaan, maupun orang-orang lain yang bekerja bersama dengan mereka. Mereka ingin bekerja dengan orang yang juga peduli pada orang lain dan lingkungan—bukan hanya sekedar mencari keuntungan bisnis saja.

Kalau kamu ingin pegawaimu bekerja keras dan cerdas sesuai yang kamu mau, kamu harus terlebih dahulu peduli pada mereka—sekalipun kamu memiliki banyak sekali masalah yang harus kamu selesaikan. Dan percaya atau tidak, usaha yang kamu perlukan untuk jadi lebih peduli pada orang lain tidak sebesar yang kamu bayangkan, koq!

Hal-hal sederhana seperti mengingat nama lengkap mereka, atau mengirimi kartu ucapan dan kue kecil saat mereka ulang tahun ke mejanya, mengingat nama pasangan/anak mereka, tahu hobi yang mereka punya, nama hewan peliharaan mereka, atau hanya sekedar mengecek kondisi mereka saat bekerja dan bertanya apakah mereka perlu bantuan atau tidak—hal-hal seperti inilah yang bisa membuat kamu jadi pemimpin berbeda yang disegani.

Apresiasi

Saat seseorang memutuskan bekerja padamu, mereka mengabdikan satu-satunya sumber daya tak tergantikan yang nilainya jauh lebih tinggi dari uang—yaitu waktu. Oleh karenanya, penting untukmu memiliki tingkat apresiasi yang baik pada semua pegawai di bawahmu Kamu tidak akan bisa menggantikan waktu mereka dengan uang sebanyak apapun. Gaji dan bonus yang mereka dapatkan hanyalah salah satu bentuk apresiasimu—tetapi yang mereka butuhkan bukan hanya itu.

Seseorang akan merasa penting ketika mereka dikenal karena usaha ekstra yang dikeluarkan membuahkan keberhasilan. Jadi, tidak ada salahnya memberikan apresiasi ketika mereka sukses melakukan sesuatu—dengan selayaknya. Dan jujur saja, anggota timmu adalah hal yang sangat vital untuk kesuksesanmu. Jadi, mengembangkan sistem yang bisa menunjukkan rasa terima kasihmu pada mereka adalah hal yang semestinya kamu lakukan sebagai pemimpin. It’s non-negotiable!

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan pimpinan perusahaan, pimpinan tim, dan pemilik bisnis kecil adalah dengan memberikan pujian yang sifatnya umum. Walaupun tepukan di pundak sesekali akan memberikan rasa puas, tapi tidak se-spesifik jika seorang pemimpin memberikan pujian pada kesuksesan yang terlihat mata ke orang yang berjasa mendatangkan kesuksesan itu.

Selain itu, pujian yang tidak spesifik juga tidak akan memacu anggota tim lainnya untuk berusaha meraih kesuksesan yang minimal sama atau bahkan melebihi—karena mereka tidak tahu dimana letak kesuksesan itu ataupun hal seperti apa yang membuat pimpinan senang. Tentunya ini akan membuat kesuksesan itu susah untuk diulangi oleh yang lain, kan?

Karena itu, menciptakan proses untuk mengapresiasi kinerja tim yang baik secara konsisten dan spesifik perlu dilakukan agar dapat memberdayakan anggota timmu. Tujuannya juga kan supaya mereka bekerja lebih efisien sehingga produktivitas kerja meningkat, dan memberikan yang terbaik untuk perusahaan—kamu juga yang akan menuainya.

Pertumbuhan

Pertumbuhan di sisi personal maupun profesional adalah nilai mendasar yang dimiliki oleh tenaga kerja masa kini. Generasi kerja sekarang mencari makna yang lebih dari pekerjaan yang mereka lakukan sehari-hari—tidak hanya gaji semata. Mereka ingin pekerjaan yang mereka lakukan memberi dampak baik tidak hanya ke perusahaan, tetapi juga masyarakat pada umumnya.

Pegawai ingin merasakan tantangan. Mereka ingin hasil kerjanya berarti untuk perusahaan. Memberi pekerjaan-pekerjaan yang mudah tidak akan membuat mereka bersemangat untuk berkembang dan bertumbuh atau sekedar hanya untuk berfikir berbeda. Ini tentunya akan meningkatkan turnover —pegawai akan mudah datang dan pergi tanpa memberi dampak apapun. Alhasil, biaya yang kamu keluarkan untuk rekrutmen terus-menerus akan membengkak. Kamu tidak bisa mengikat mereka, karena mereka tidak punya alasan yang kuat untuk tinggal.

Kalau kamu merasa kesulitan untuk memikirkan tanggung jawab yang baru dan lebih bermakna untuk pegawaimu, kamu tinggal tanyakan ke mereka: pekerjaan seperti apa yang menyenangkan buat mereka, apa yang membuat mereka mau bekerja di perusahaanmu, dan apa yang ingin mereka pelajari lebih banyak. Dengarkan mereka dengan seksama.

Kamu bisa mengalokasikan anggaran dan mengimplementasikan program, pelatihan dan workshop untuk peningkatan pengembangan personal dan profesional, atau sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan di bidang tertentu. Kamu juga bisa menyediakan program reimbursement untuk pegawai yang ingin meningkatkan kemampuan, misalnya pembelian buku, kelas-kelas online, konferensi, dan lainnya. Tentunya ini harus disesuaikan dengan kemampuan perusahaanmu.

Peningkatan Performa

Untuk meningkatkan pertumbuhan, tim kamu akan memerlukan actionable feedback —umpan balik yang positif dan bisa ditindaklanjuti. Pegawai ingin tahu di bagian mana pekerjaan mereka dinilai baik oleh pimpinan, sehingga mereka bisa berkontribusi lebih, dan juga bertumbuh bersama perusahaan. Sebagai pemimpin mereka, kamu juga tentunya ingin sekali menghindari perkataan-perkataan yang menghina atau merendahkan kemampuan mereka, kan?

Memang sulit sih membedakan mana saran yang bisa mengembangkan performa anggota tim dan kritik yang membuat mereka takut dan apatis. Contohnya begini:

Saran yang Membangun: “Rancangan yang kamu buat sudah cukup oke. Idemu cukup solid, dan tema yang kamu pilih juga bagus. Yang perlu kamu perhatikan adalah di bagian pergeseran perspektif. Kalau itu sudah ditinjau lagi, kita bisa lanjut ke pengerjaan.”

Kritik yang Menjatuhkan: “Pergeseran perspektif ini ada di semua rancanganmu! Perhatikan itu, dan kamu harus ulangi lagi.”

Saran yang Membangun: “Angka penjualanmu berhasil naik, selamat ya! Klien juga memuji-muji kamu, kata mereka kamu orang yang sangat perhatian dan ramah. Satu hal yang saya ingin lihat darimu adalah kemampuan mengatur waktu yang lebih baik. Itu akan membantumu untuk meningkatkan penjualanmu lebih baik lagi, dan meningkatkan kepuasan klien.”

Kritik yang Menjatuhkan: “Manajemen waktumu jelek sekali, apalagi angka penjualanmu. Perbaiki itu!”

Mengembangkan Visi Bersama

Sebuah perusahaan adalah hasil dari budaya yang ada di dalamnya. Dan sebuah perusahaan yang tidak memiliki nilai-nilai bersama mudah sekali dipecah-belah, yang pada akhirnya mengarah ke turunnya produktivitas dan rendahnya investasi emosional di perusahaan.

Menciptakan visi perusahaan yang jelas, dan bagaimana semua anggota tim ikut berkontribusi, akan meningkatkan ikatan emosional antara anggota tim dengan perusahaan. Hal ini perlu kamu lakukan, karena dalam menjalankan perusahaan, tidak semuanya berjalan sesuai rencana.

Ketika perusahaan sedang mengalami kesulitan, kamu pastinya ingin didukung oleh anggota tim, agar dapat bersama-sama mencari solusi dimana mereka juga akan bersedia membantumu mati-matian. Inilah hal yang bisa dilakukan ketika perusahaanmu punya visi yang jelas—ia mengikatmu dan anggota timmu jauh melebihi transaksi finansial seperti gaji dan bonus.

Pada akhirnya, jika kamu ingin diikuti oleh orang-orang yang setia dan rela memberikan semua yang mereka mampu untuk perusahaan, maka kamu harus terlebih dulu memberikan yang terbaik untuk mereka. Jadilah pemimpin yang layak diikuti—seseorang yang tidak takut untuk melangkah lebih jauh dan lebih berani untuk anggota timnya, dan menciptakan tempat kerja yang layak diberi komitmen jangka panjang.